Gaya Gatotkaca Seiring Jaman

Category: Seni Budaya • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-01-17

Lampu panggung menyala, seorang berkostum Gatotkaca berdiri gagah di tengah panggung menggenggam biola. Di sisi kanan duduk para pemain musik tradisional di balik gamelan berdandan lengkap dengan kostum wayang. Di belakang duduk bersimpuh para sinden. Sementara di sisi lain, beberapa lelaki memakai udeng dan jas rapi, duduk di bangku memegang peralatan musik modern.

Dua aliran musik yang jelas berbeda ini berkolaborasi mengiringi penampilan Kang Jaman, sang Gatotkaca yang menjadi solo violis dalam pertunjukan RADIO HITS Concert yang digelar di Theater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 16 Januari 2016 lalu.




Pertunjukan dibuka dengan lantunan lagu Rawa Pening. Tak jadi persoalan walau tampaknya tak semua penonton mengenal lagu ini, karena paduan musik yang merdu sudah menarik perhatian. Alunan biola di lagu kedua lebih mendapat tanggapan seru, tentu saja... siapa yang tak mengenal Viva La Vida (Coldplay). Lagu yang usianya 'lebih muda' ketimbang lagu sebelumnya.



Mengaku sering fals menggesek biola saat pertama naik panggung beberapa tahun yang lalu, kini Kang Jaman berani mengajak Yudi Caka (celis) dan Hani Elando (pianis), untuk tampil trio memainkan lagu klasik Last Carnival.



Di awal pertunjukan sempat terasa jeda yang cukup lama antara satu penampilan ke penampilan berikutnya, namun selanjutnya pertunjukan pun mengalir selancar paduan lagu Tanah Airku (Ibu Soed) dengan Iwak Peyek (Trio Macan). Ringan, seru, tetap dalam konsep seni tradisional modern yang bersatu padu. Seperti saat 4 pemain musik tradisional wanita tampil di panggung melenggangkan tarian singkat yang gemulai, diiringi seorang penyinden yang berpenampilan seperti Btari Durga, lengkap dengan wajah bercat merah dan taring di mulutnya. 'Lengkingan' Btari Durga inilah yang akan mengiringi lagu Million Face karya Kang Jaman. Permainan solo bonang mengawali lagu bernada tajam, cepat, dan beraliran musik rock ini.






Berkolaborasi dengan para seniman Ethnic Java Collaboration dan Gatot Kies & Friend yang anggotanya terdiri dari pemain musik dari beberapa group band terkenal, antara lain Gatot Kies (Ungu), Beben (T-Five), Sabo (Klik Band), serta Christian. Kang Jaman menghadirkan pula lagu Titanium (David Gueta) dan gesekan biolanya berduet dengan petikan gitar Sabo memainkan Cry Me A River (Justine Timberlake).



Gelar Nusantara dan orang-orang di balik Wayang Orang Bharata yang juga ikut mendukung membuat pertunjukan ini lekat dengan 'nafas tradisional'. Selingan dagelan Bagong, Gareng, dan Petruk ‐tiga tokoh Punokawan pewayangan yang hilir mudik di sela-sela lagu bahkan berputar-putar bak penari balet diiringi lagu, dan berdansa saat lagu A Thousand Years (Christina Perry) yang menjadi soundtrack film The Twilight Saga: Breaking Dawn. Tak hanya pandai ndagel, Gareng sempat melantunkan seruan nyaring suku Dayak, disusul irama khas Kalimantan mengawali lagu Sweet Child O'Mind (Guns N'Roses). Selain suara gesekan biola, gamelan Bali dan seruan penari kecak pun ada dalam lagu ini.



Pertunjukan diakhiri dengan jamming session. Para pemain musik unjuk kebolehan dan berimprovisasi. Terompet, saxophone, piano, gitar, bass, dan drum saling bersahutan dengan saron, bonang, gong, kendang. Samar-samar terselip nada lagu Gambang Suling dan sepotong soundtrack Mission Imposibble. Pertunjukan yang apik, menghibur, dan mengundang senyum. □


Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment