Keistimewaannya terletak di kuah yang berwarna kuning kecokelatan. Sangat kaya bumbu dan gurih karena ternyata ada campuran kacang tumbuk di dalamnya. Tekstur remahan kacangnya pun terasa di lidah. Disantap bersama sambal yang pedas, sepiring lontong opor ayam pun licin tandas tak bersisa. Sebenarnya saya belum kenyang dan sekalian ingin mencoba bubur ayam yang 'disiram' dengan kuah opor. Tapi, karena datang terlalu pagi, buburnya belum selesai dimasak.

Saran saya, ketimbang dibungkus untuk dimakan di rumah, lebih baik menyantap lontong opor ayam di warung, karena bisa minta tambahan kerupuk ekstra he... he... he....
Selain itu, tempe mendoan, tahu berontak (tahu isi), atau pisang goreng yang ditumpuk dalam piring-piring di atas meja, cukup menggoda untuk dicoba.

Bila Anda dari Jakarta ke Cilacap menggunakan kereta api, saat tiba jam 05.30 Anda bisa langsung sarapan di warung lontong opor ini. Letaknya tak sampai 1 kilometer dari stasiun (kereta) Kota. Kalau 'tentengan' yang dibawa banyak, Anda bisa naik becak. Tapi kalau saya memilih berjalan kaki saja, apalagi udara masih segar, matahari pun belum panas menyengat.

Karena adabeberapa warung yang juga menjual menu serupa, jangan sampai keliru masuk warung. Cari yang di spanduknya tertulis nama Pak Min, begitu panggilan pemilik warung sederhana yang juga menempelkan stiker bertuliskan 'pertama' di kaca jendela warungnya. Karena beliau memang memulai usaha kuliner ini sejak 1977, saat kota yang berseberangan dengan pulau Nusakambangan ini masih belum berkembang seperti sekarang.

Tak takut bersaing dengan banyak warung serupa yang bermunculan bahkan berjajar di samping warungnya, Pak Min yang kini berusia 66 tahun masih terus melayani pengunjung dengan senyuman bersahaja, karena beliau tahu pelanggannya tak akan pindah selera. ◼

Lontong Opor Ayam Pak Min

Jl. Ahmad Yani (seberang SMA Yos Sudarso), Cilacap, Jawa Tengah

Harga: Rp10.000 (lontong opor), Rp8.000 (bubur opor), minuman Rp2.000-Rp7.000

Buka setiap hari jam 06.00 ‐ 15.00 wib