Nilai Rempah Sepanjang Masa
Category: Seni Budaya • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-10-19
Di sebuah situs purbakala di Mesopotamia, ditemukan pecahan guci dengan bunga cengkeh di dalamnya. Hal ini membuktikan bahwa rempah sudah dikenal ribuan tahun yang lalu. Pada suatu masa, rempah menjadi komoditi dagang paling dicari. Bukan itu saja, di dunia barat rempah sempat menjadi simbol prestis dan harga diri.
Selain untuk bumbu masak, rempah juga digunakan pada upacara-upacara keagamaan.
MESIR
Raja-raja dan ratu-ratu Mesir kuno mempercayai bahwa rempah mempunyai nilai magis, memberi kecantikan dan wewangian seperti para dewa-dewi. Begitu pun bila raja-raja dan ratu meninggal, tubuh mereka dibalur minyak barus untuk menjaga jasad tetap wangi di dalam peti.
Di kehidupan setelah kematian pun dipercaya lada mampu menaklukkan Dewa Kematian yang akan menggerogoti jasad raja-raja mereka. Seperti pada mumi Raja Ramses II (meninggal pada 1224 SM) yang hidungnya penuh dijejali biji lada.
YUNANI
Pada zaman Yunani kuno, rempah digunakan pada upacara-upacara keagamaan, karena aroma wangi rempah merupakan persembahan dan pemujaaan kepada dewa. Termasuk menyertakan kayu manis dalam tumpukan kayu pembakaran jenasah, mungkin bertujuan agar arwah membawa wangi rempah ke hadapan dewa.
CINA
Rempah digunakan untuk bumbu masak, pada upacara-upacara keagamaan, juga dipakai dalam proses mumifikasi.
Di masa kekuasaan Dinasti Han, ada peraturan bagia siapa pun yang hendak menghadap raja harus mengunyah cengkeh terlebih dahulu yang membuat bau mulut menjadi wangi. Sejak itu cengkeh pun menjadi komoditi dagang bangsa Cina, selain keramik dan kain sutera.
ROMAWI KUNO
Rempah-rempah, balsam, dupa, dan madu adalah cairan yang dibalurkan pada jasad Kaisar Justinianus yang meninggal pada 565 SM untuk mengawetkan jasad sucinya.
Dan menurut catatan sejarah, jasad Yesus Kristus pun dibaluri rempah. Hal ini menunjukkan adanya kontinuitas penggunaan rempah untuk upacara-upacara keagamaan dan kematian dari zaman Yunani kuno hingga zaman Kristen.
EROPA
Rempah-rempah mulai dikenal di Eropa, setelah perang salib pada abad ke-11. Karena harga rempah yang sangat mahal menjadikannya sebagai simbol prestis, harta kekayaan yang harus dipamerkan. Semakin kaya seseorang, semakin banyak rempah yang digunakan dalam hidangan pesta. Bahkan rempah juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran, karena nilainya setara dengan emas.
Dalam kunjungannya ke Inggris pada 1194, Raja Skotlandia setiap hari mendapat 2 pon merica dan 4 pon kayu manis dari Raja Richard I sebagai tanda keramahtamahan.
Ketika epidemi pes melanda Eropa pada abad ke-16, rempah-rempah dianggap mujarab sebagai penangkalnya.
Pada abad ke-15 dan 16, Eropa mengalami kelangkaan rempah-rempah, karena Kesultanan Utsmaniyah yang menguasai Turki dan Mesir mengendalikan rute-rute utama perdagangan darat antara Eropa dan Asia, dengan menaikkan harga rempah-rempah setinggi langit.
Inilah yang menjadi pemicu Portugis, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya memulai misi pelayaran mencari pulau penghasil rempah. Mereka berlayar ke segala penjuru dunia, berbekal satu petunjuk yang mereka dengar dari para pedagang Arab, sebuah tempat bagai 'surga' bernama Al Mulk yang berarti tanah raja-raja. ◼
───────────
Foto: pixabay.com
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment