'Padewakang' yang Meramaikan Jalur Rempah

Category: Seni Budaya • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-10-19

Takjub! Itu yang terintas di kepala melihat sebuah perahu kayu sepanjang 10 meter dengan lebar 2 meter, mengembangkan layar dan melempar sauh 'berlabuh' di halaman Museum Nasional, Jakarta.


Perahu jenis padewakang ini dibuat khusus untuk acara pameran Jalur Rempah Museum Week, 19-25 Oktober 2015. Pengerjaannya menghabiskan waktu 2 bulan, dilakukan di desa Pambusuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Muhammad Ridwan Alimuddin, seorang peneliti bahari yang juga putra Mandar, mengatakan bahwa pembuatan perahu ini berdasarkan hasil riset ilmiah tentang perahu Nusantara, relief di Candi Borobudur, temuan bangkai perahu yang berasal dari ratusan tahun lampau, dan pengetahuan tradisional pembuatan perahu.



Dikerjakan oleh dua tukang perahu Anwar dan Sakaria, dibantu pelaut Mandar Asad Mana, Yahya, Arif, dan Muliadi, semua proses pembuatannya dilakukan secara tradisional.
Tak ada paku besi yang digunakan hanyalah pasak dari kayu ulin untuk menyambung dan penguat beberapa bagian dari perahu ini. Di setiap sela antar papan digunakan kulit kayu 'baruq' agar perahu kedap air. Semuanya dibuat secara detil persis seperti perahu zaman dulu, termasuk 'tambuku' — semacam kayu yang menonjol di atas papan lambung perahu, yang digunakan sebagai tempat mengaitkan tali-temali —yang terbuat dari sabut kelapa dan ijuk— dengan gading (rangka) perahu.



Layar yang membentang termasuk jenis 'tanjaq' yang berbentuk segi empat. Layar khas perahu-perahu Austronesia ini dibuat dari daun gebang (sejenis lontar) yang masih muda. Seratnya dikeringkan, diurai dan ditenun oleh para perempuan Mandar, menjadi lembaran tenun yang lebar, disebut 'karoroq'.




Perahu pun dicat dengan teknik tradisional, menggunakan campuran kapur terumbu karang dengan minyak kelapa. Yang ditumbuk berjam-jam hingga menjadi adonan yang disebut 'lepa', dioleskan ke lambung perahu dengan irisan pepaya mentah.



Kemampuan orang Mandar membuat perahu memang tak perlu disangsikan lagi. Suku Mandar memiliki orang-orang yang ahli membuat perahu, yang dikenal dengan sebutan panrita lopi. Seorang panrita lopi, memiliki ilmu perhitungan dan bentuk perahu yang diwarisi dari nenek moyang. Jadi, tanpa mengandalkan lembaran blue print sebagai gambar teknik, kapal sebesar raksasa pun bisa mereka buat.



Hal ini tak lepas dari ritual adat yang mereka pegang teguh. Yang digelar mulai saat pencarian kayu di hutan khusus untuk bagian lunas perahu (kayu yang digunakan sebagai tulang bagian bawah perahu), saat memasang kayu kemudi, hingga saat perahu menyentuh air laut untuk pertama kalinya.



Orang Mandar memang dikenal sebagai pelaut ulung. Mereka ikut meramaikan jalur rempah Nusantara di abad ke-13 dan 14 dengan kapal yang berukuran 2-3 kali lebih besar, yang mampu membawa cengkeh dan pala dari kepulauan Maluku ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir Jawa. Sudah jelas, mereka turut serta memperkenalkan rempah kepada dunia. ◼

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment