Home >>Blog >Seni Budaya

Terry Endropoetro's avatar

Nama Hari dalam Peribahasa Jawa

"Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu itu nama-nama hari." Masih ingat lagu itu? Dalam budaya Jawa itu bukan sekadar nama hari, tapi punya makna tersendiri.

Nama-nama ketujuh hari dalam seminggu ini sebagian besar merupakan serapan dari bahasa Arab, Ibrani, dan Portugis. Tampaknya berkembang seiring masuknya ajaran-ajaran Islam dan Katolik ke Nusantara.

Minggu
Diambil dari bahasa Portugis, Domingo. Dalam bahasa latin, dies Dominicus berarti hari Tuhan kita. Di hari itulah bangsa Portugis yang mayoritas beragama Katholik melakukan ibadah bersama. Dengan ucapan 'rasa' Nusantara, akhirnya hanya kata Minggu saja yang terucap.

Ketika ajaran Islam masuk ke Nusantara, mulailah terbiasa dengan istilah Ahad. Yang dalam bahasa Arab dan Ibrani berarti satu atau pertama. Dan Minggu menjadi hari pertama dalam satu pekan. Selanjutnya nama-nama hari disesuaikan dengan urutan angka.

Senin
Dari Istnain, yang berarti dua.

Selasa
Dari Salasa, yang berarti tiga.

Rabu
Dari Arba'a yang berarti empat.

Kamis
Dari Khamsa yang berarti lima.

Jumat
Dari Jama'ah yang berarti berkumpul. Hari ini merupakan hari beribadah, baik juga untuk bersedekah.

Sabtu
Dari Sab'a yang berarti tujuh. Dalam bahasa Ibrani Sabat atau Shabbat artinya istirahat atau berhenti bekerja.

Berbeda dengan kalender masehi atau Islam yang berdasarkan bulan, dalam sepekan ada 7 hari. Sementara budaya Jawa menggunakan penanggalan berdasarkan saka (matahari). Makanya ada istilah pancawara. Hanya ada 5 hari dalam sepekan yang terdiri dari Kliwon, Legi, Pahing, Pon, dan Wage.

Pancawara juga biasa disebut dengan istilah pasaran. Karena pada zaman kerajaan Mataram, pasar dibuka di lokasi yang berbeda-beda sesuai dengan nama hari. Seperti Pasar Kliwon, Pasar Legi, Pasar Pahing, Pasar Pon, dan Pasar Wage.

Pada perkembangannya, penyebutan pancawara malah dipakai bersama dengan nama-nama hari tanggalan Masehi. Seperti misalnya Minggu Pahing, Senin Pon, Selasa Wage, Rabu Kliwon, Kamis Legi, dan Jumat kembali pada pasaran Pahing, begitu seterusnya.

Dalam budaya Jawa, setiap hari pasaran memiliki makna, bisa menggambarkan sifat seseorang, juga menggambarkan situasi. Dibuat seperti peribahasa yang berisi nasehat agar kita berlaku bijak dalam setiap langkah.

SENEN
Ojo bosen marang unen-unen.

Artinya: jangan bosan dengan nasehat, karena di setiap nasehat ada pesan yang tersirat.

SELOSO
Selakno ngamal barang sopo.

Artinya: sempatkan beramal pada siapa saja, selama kita masih diberi umur panjang.

REBO
Kerepo sinau ben ora bodho.

Artinya: teruslah belajar supaya tidak bodoh, menuntut ilmu di mana saja, pada siapa saja, dan ada batasan usia.

KEMIS
Luwih becik mingkem ketimbang lamis.

Artinya: lebih baik diam daripada omong kosong.

JUMAT
Jumbuhno lelakon karo niat.

Artinya: wujudkan cita-cita dengan usaha dan doa.

SABTU
Insapo barang sing wis kewetu.

Artinya: separah apa pun yang sudah kamu lakukan, sadar, bertobatlah, dan kembali ke jalan yang benar.

MINGGU
Minggiro barang sing olo, lakonono barang sing rahayu.

Artinya: hindari perilaku yang buruk, lakukan sesuatu yang baik agar selamat sejahtera sepanjang hayat.

Dengan begini, setiap hari kita seperti diingatkan agar tetap sadar pada keterbatasan sebagai manusia, menghargai sesama makhluk, menjaga alam sekitar, dan berserah diri pada Sang Maha Pencipta. █


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.