Home >>Blog >Jalan-jalan

Terry Endropoetro's avatar

Lokomotif TD10 yang Nyaris Seabad

Kawasan viaduct (jembatan kereta), dekat Stasiun Bandung, merupakan kawasan ramai. Tapi tidak banyak yang sadar bahwa ada lokomotif terpajang di sana. Letaknya persis di samping gerbang masuk kantor pusat PT Kereta Api Indonesia, Bandung. Ini pun baru sayatahu!

Di dunia kereta api, lokomotif ini dikenal dengan jenis Lokomotif TD10. Lokomotif ini merupakan satu dari tiga lokomotif yang didatangkan oleh Staats Spoorwegen (SS) langsung dari pabriknya, Werkspoor di Belanda pada 1926.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, SS sudah berhasil membangun jalur rel melintasi kawasan sepanjang pantai utara Jawa Barat yang merupakan lumbung padi. Beberapa rutenya adalah Cilamaya – Cikampek (28 kilometer) pada 1909, Cikampek – Wadas (16 kilometer) pada 1912, Karawang – Rengasdengklok (21 kilometer) pada 1919, dan Karawang – Wadas (15 kilometer) pada 1920. Lokomotif TD10 inilah yang kemudian digunakan untuk menarik kereta campuran yang terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang.

Kala itu semua jalur rel yang dibangun dengan gauge (lebar jalur) 600 milimeter, disesuaikan dengan ukuran lebar antara roda lokomotif dan kereta yang diproduksi. Lokomotif TD10 ini adalah lokomotif uap. Berbahan bakar kayu jati. Mengapa harus kayu jati? Karena kayu jati memiliki ketahanan panas yang cukup lama dan cukup besar.

Lokomotif TD10 cukup moderen pada zamannya, karena dilengkapi dengan sistem superheater. Yaitu sistem pembakaran dengan mengalirkan uap bertekanan tinggi dari kubah menuju dua silinder berdimensi 300 X 340 milimeter, yang terletak di badan bagian depan lokomotif.

Dengan berat keseluruhan 18 ton, dengan roda 0-8-0T berdiameter 660 milimeter, Lokomotif TD10 mampu melaju dengan kecepatan maksimalnya 25 kilometer per jam. Lokomotif ini juga dilengkapi dengan kotak pasir. Di jalur-jalur menanjak, akan ada dua orang petugas yang berjaga di bagian depan, sisi kiri dan kanan lokomotif. Tugas mereka adalah menyiram pasir ke permukaan jalan rel agar permukaan rel kering, sehingga roda kereta tidak mudah selip dan kereta terguling.

Pada 1972 – 1973, semua rel di Jawa dengan gauge 600 milimeter ditutup. Karena dianggap tak mampu bersaing dengan moda transportasi lain. Jenis-jenis lokomotif yang lebih ramping dan bergerak lebih gesit pun mulai diproduksi negara-negara seperti Jepang.

Ketiga lokomotif pun mangkrak di Dipo Lokomotif Karawang hingga rusak. Salah satu Lokomotif TD10 sempat dipindah ke Dipo Tanabang dan berfungsi sebagai pompa air, yang kemudian pada 5 September 2009, lokomotif ini dipindah ke halaman kantor pusat PT Kereta Api Indonesia (KAI)di Bandung. Diresmikan pada 29 September 2009 Lokomotif TD10 oleh Komisaris Utama, Budi Mulyawan dan Direktur Utama Ignasius Jonan.

Nah, kalau kalian liburan ke Bandung, sempatkan mampir ke sini. Walau letaknya di luar halaman gedung, tetap perlu meminta izin penjaga sebagai tata krama. Karena harus mematuhi peraturan yang ada. Tidak merusak taman atau memanjat naik ke atas lokomotif. Bagaimana pun LokomotifTD10 ini harus dihargai. Ia bukan hanya mesin penarik kereta, tapi ia pelintas sejarah negeri kita. █

_____________________________

Perjalanan ini terselenggara atas undangan dari PT Kereta Api Indonesia pada 11 Februari 2020. Foto-foto dan kegiatan bisa dilihat di twitter dan instagam dengan tagar #CEOKAIXSocialMediaMover #AyoNaikKereta


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.