Home >>Blog >Segala Rupa

Terry Endropoetro's avatar

Sumpah Pemuda Janji 34 Propinsi

“Mainnya kurang jauh!” Kalimat ini sering dilontarkan pada orang yang (biasanya) berpikiran sempit. Tapi benar adanya. Bisa jadi dia memang kurang jalan-jalan atau kurang banyak kawannya. Jadi pengetahuannya ya ‘di situ-situ’ saja. Coba bayangkan kalau dia punya kawan main dari setiap propinsi di Indonesia. Pasti lain ceritanya.

Ini saya akui yang merasa heran ketika Frans Berek, seorang teman dari Nusa Tenggara Timur berniat membeli mobil-mobilan dengan remote control untuk anaknya di Bandara Soekarno Hatta seharga Rp400.000. Mahal sekali kata saya dalam hati. Menurut Frans, di Flores harga mobil-mobilan seperti itu bisa dua kali lipat. Langsung terbayang ‘kurs’ harga barang-barang di Indonesia ‘sebelah sana’.

Bila tidak bertemu Frans Berek di Persamuhan Nasional 2019 yang diadakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Hotel Marbella Anyer, Banten akhir Oktober lalu, tentu saya tak tahu rasa sebenarnya bagaimana puluhan tahun tak bisa beraktivitas di malam hari, karena tak ada aliran listrik yang mengalir ke desanya. Baru beberapa tahun belakangan mereka bisa merasakan suasana terang di malam hari.

Ketika Frans Berek meminta tolong saya mengambil fotonya, ia berdiri membelakangi hotel. “Itu saja yang tak ada di Flores. Kalau pantai di kampung saya lebih bagus,” katanya tanpa maksud menyombongkan diri. Dan saya setuju itu.

Ternyata, Jakarta sebagai Kota Metropolitan tetap menjadi daya tarik bagi sebagian besar pemuda di seluruh Indonesia. Begitu juga di Larantuka. “Anak-anak Flores selalu ingin ke Jakarta. Kata mereka, kalau bisa sampai Jakarta, hebat sudah.”

“Eh, jangan salah, oom,” kata saya, “Saya yang tinggal di Jakarta malah sebaliknya. Tak ada pemandangan indah di Jakarta kecuali gedung-gedung. Tiga kali ke Flores, dan selalu rindu balik ke sana lagi. Pemandangannya luar biasa. Pokoknya kalau sudah bisa injak Tanah Flores. Bangga sudah!”

“Oh, begitu ya?” tanyanya sambil tertawa. Saya yakin, dia bangga pada tanah kelahirannya.

Frans Berek hanya satu dari 200 orang lebih yang hadir di Persamuhan Nasional 2019. Orang-orang pilihan BPIP ini adalah adalah Pembakti Kampung dari 34 propinsi. Orang-orang hebat yang ingin memajukan dan memberdayakan kampung halaman mereka. Mereka giat melibatkan seluruh warga memajukan kampung, gotong royong dijunjung tinggi. Berbagi ilmu, saling mendukung, musyawarah untuk mufakat diutamakan, semuanya untuk kebaikan bersama.

Ada yang bergerak di bidang literasi, Taman Baca, Rumah Belajar, memanfaatkan keindahan dan keunikan alam sekitar dengan menjadikan kampungnya sebagai Desa Wisata. Dan siapa bilang para seniman kampung itu ‘kampungan’? Mereka malah bebas berkarya. Menggali kembali budaya lokal, mengembangkannya menjadi sebuah karya seni.

Uniknya, Persamuhan Nasional pertama ini diadakan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2019. Sumpah! Baru kali ini, saya merayakan Hari Sumpah Pemuda dengan orang-orang dari 34 provinsi di Indonesia.

Bayangkan! 200-an orang berkumpul dengan berbagai pakaian adat mendengarkan Sumpah Pemuda dibacakan:
“Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
…. Mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
…. enjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Ketika semuanya menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza. Dada saya rasanya mau meledak saking bangganya.

Suasana senyap berganti dengan keriaan. Tifa ditabuh serentak, mendentumkan bunyi yang seragam. Para seniman secara spontan menampilkan tarian khas daerah mereka. Lagu-lagu daerah dinyanyikan sambung-menyambung. Semua yang hadir bernyanyi, membaur jadi satu. Semua bergoyang, berdansa Maumere, berputar, tertawa-tawa, saling berpegangan tangan. Semua bersatu, gembira. Beginilah seharusnya Indonesia. █


Comments (8)

Topic:
Sort
0/5 (0)
Facebookdel.icio.usStumbleUponDiggGoogle+Twitter
Gravatar
Reh Atemalem says...
Waktu dengar temen-temen pembakti cerita, soal kampungnya, soal cara mereka bikin keren kampungnya, aku langsung optimistis sama Indonesia.

Masih banyak yang sayang sama negeri ini. :D
Gravatar
Athri Kasih says...
Akupun masih merapalkan doa agar bisa menjejakkan kaki ke Flores dan Indonesia bagian timur lainnya. Tanah-tanah di Indonesia seluruhnya adalah surga di dunia memang,

Akupun masih merapalkan do'a sebanyak-banyaknya agar ongkos tiket ke Indonesia bagian timur ini murah pada waktunya, apalagi bagi kami di Sumatera hueeeeeeee *tetibamewek
Gravatar
MT says...
Perjumpaan kerap memantik kesadaran bahwa kita patut bangga menjadi Indonesia
Gravatar
vika says...
Suka foto-fotonya, kayaknya perlu belajar banyak angle foto ma mba. Btw memang acara Persamuhan kemarin dan acara-acara senada perlu terus dilanjutkan. Smile
Gravatar
Ambros Gening says...
Jakarta bagi orang kampung seperti saya dan orang Flores yang lain adalah sesuatu..

Luar biasa pak Frans bisa berkumpul dengan pemuda pemudi dari propinsi lain
Gravatar
Damsianus Sepulo Tukan says...
Ini baru Indonesia
Gravatar
Trifosa says...
Awesome.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.