Home >>Blog >Jalan-jalan

Terry Endropoetro's avatar

Aroma Kopi Jakarta - Solo

Sejak dulu kopi sudah ada di keseharian masyarakat kita. Seruputan kopi mengawali pagi hingga saat berkumpul di malam hari. Bagaimana jadinya kalau ngopi di kereta api? Apa boleh duduk mengobrll sambil angkat kaki?

Bekerja sama dengan Komunitas Kopi Nusantara, pertengahan Maret lalu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mangadakan Ngopi Bareng KAI untuk ketiga kalinya. Kali ini mengangkat tema Enjoy Your Journey with Indonesian Coffee. Kalau diterjemahkan secara awam, bisa menjadi menikmati kopi Indonesia sepanjang perjalanan.

Memang begitu adanya. Nyaris serupa dengan Ngopi Bareng KAI #1 dan #2 yang digelar tahun lalu, melibatkan 200 barista di 17 stasiun di 15 kota, dan 36 pemberangkatan kereta. Stasiun yang dipilih sebagian besar adalah stasiun-stasiun di pulau Jawa, di kota besar perlintasan kereta, seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, Surabaya, Malang, dan Jember.

Tapi Ngopi Bareng KAI #3 lebih istimewa, karena serentak digelar juga di 4 Kota di Sumatera. Medan, Padang, Tanjung Karang, dan Palembang. Bahkan di Palembang tak hanya di Stasiun Kertapati, tapi juga di Stasiun LRT Bumi Sriwijaya. Eh, kalian tahu kan, bahwa di Sumatera pun ada jalur kereta?

NGOPI SAMPAI SOLO
PT KAI dan Komunitas Kopi Nusantara juga mengajak beberapa blogger dan vlogger dari Jakarta, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, dan Palembang untuk merasakan pengalaman ngopi di perjalanan kereta.

Kami diberi surat tugas resmi untuk pergi naik kereta yang sudah ditentukan oleh PT KAI. Jadi tidak berada dalam satu kereta, tidak juga menuju kota tujuan yang sama. Bahkan kami nyaris tak saling bertemu.

Setiap blogger dan vlogger menemani 2 barista yang bertugas menyeduh kopi sepanjang perjalanan dari stasiun asal hingga ke stasiun tujuan. Saya bertugas di KA Dwipangga, bersama Bagong dan Sobandi Aang. Dua barista, penggiat, sekaligus petani Kopi Karawang. Jadi sejak kereta berangkat pukul 08.00, aroma kopi terus tercium di dalam kereta hingga jam 16.00 nanti.

Jangan bayangkan kami bertiga duduk manis di bangku mpuk kereta eksekutif. Kami bertugas di kereta restorasi. Kadang-kadang duduk, lebih banyak berdiri. Yang jelas kalau ada penumpang datang, kami harus mengalah, memberikan bangku pada penumpang kereta yang hendak menikmati makan.

Awalnya para barista menyeduhkan kopi, bagi penumpang yang bisa menunjukkan aplikasi KAI Access. Tapi pada akhirnya mereka menyeduhkan untuk siapa pun yang mau. Tak hanya penumpang, kondektur, polisi kereta api, tim cleaning service, bahkan masinis yang berada di ujung depan kereta pun bisa mencicipi. Jangan tanya Prama-Prami kereta restorasi, Dedek Patrya, Ajeng, Falintina, dan Dea Angger, mungkin mereka tak bisa tidur dua hari karena kami 'paksa' minum kopi. Ha... ha... ha....

"Yang penting tujuannya edukasi," begitu kata Bagong yang membawa kopi Robusta, Arabica, Liberica, produk dari kebun mereka di Karawang, yang sudah dikemas rapi dalam kantung kertas.

Saya sempat heran mengapa kopi arabica bisa tumbuh di Karawang? Apakah ada pegunungan 1300 mdpl di wilayah yang lebih dikenal sebagai kawasan Industri itu? Ternyata ada kok. Tuuuh, kalau saya tidak ngobrol, tidak bertanya, tak akan tahu hal itu, juga tahu bahwa banyak petani kopi lokal yang saling menjalin kerja sama. Mulai menjual produk hingga membuka wisata jelajah kopi. Menarik ya.

Tak hanya ngobrol soal kopi, di tengah perjalanan kami pun mendengarkan Saputra, kondektur menjelaskan pada salah seorang penumpang manfaat dari KAI Access.Aplikasi yang bisa diunduh di ponsel, bisa jadi solusi calon penumpang untuk memesan tiket, mengganti jadwal, atau pembatalankeberangkatan. Yang jelas, aplikasi ini manjur banget buat orang macam saya yang langsung 'kunang-kunang' kalau harus antre panjang. Cukup pakai jempol bisa dilakukan kapan saja, di mana saja. Asal sinyal dan kuota internet ada ya.

NGOPI SAMBIL KERONCONGAN
Memasuki ruang tunggu Stasiun Balapan Solo, aroma semerbak kopi langsung tercium. Meja disusun berderet. Di atasnya tersusun beragam peralatan untuk membuat kopi. Ada 10 tenant kopi yang 'mangkal' di sana. Finest Coffee, Agave Coffee, Soc Coffee, Ensikopidi, Kopi Lawu, Ebid Coffee, Warkop HW, Jox's Coffee, Home Coffee Roastery, dan Kavya Freya Coffeshop. Semuanya adalah penggiat kopi lokal. Pemilik kadai, tukang seduh, petani, juga ‘penggoreng’ kopi.

Kalau ditanya apakah Solo adalah daerah penghasil kopi? Tentu saja bukan. Tapi daerah di sekitarnya, di daerah Sukoharjo, lereng Gunung Lawu, sampai ke Temanggung di Utara. cukup subur, sehingga tanaman kopi menghasilkan kopi dengan mutu yang baik. Dari daerah-daerah itulah kopi-kopi dibawa para penggiat kopi yang tergabung dalam Komunitas Kopi Nusantara (cabang Solo).

Gemericik air mengalir perlahan dari teko berleher angsa ke dalam kertas erbentuk kerucut. Bubuk kopi menggumpal, melebur perlahan, memenuhi gelas yang diletakkan di bawahnya.

"Mau cicip kopi apa?"

Itu yang ditawarkan para barista. Cicip dulu, kalau suka baru tambah. Soal kopi ini bukan masalah kadar asam robusta dan arabica ya. Tapi ternyata masalah pahit manisnya kopi yang dihidangkan.

Tak dipungkiri, masih banyak orang yang tak suka minum kopi tanpa gula. Bisa jadi karena terbiasa minum kopi kemasan siap saji atau varian sajian kopi di gerai ternama. Tak salah juga, namanya kan selera. Jadi para barista tetap menyediakan gula sebagai perasa. Bila diminta menambahkan susu kental sebagai pemanis, segelas kopi pun ditukar dengan selembar Rp10.000-an

Stasiun Balapan makin kental dengan cita rasa lokal, diiringi alunan lagu-lagu keroncong. Para barista sesekali bosan duduk menunggu. Mereka berkeliling menawarkan kopi pada pengemudi taksi, porter, dan petugas parkir.

Melihat mereka ragu mengambil, para barista langsung berseru,”Kopine gratis Pak, mboten tesah mbayar. Monggo...." (Kopinya gratis, Pak. Tidak usah bayar. Silakan….). Serentak, gelas kertas di atas baki pun habis diserbu.

Ngopi Bareng KAI #3 memang menyedeiakan 50.000 cup kopi gratis. Tahun lalu, dengan tercapainya target 10.000 cup, PT KAI mendapat apresiasi dari Museum Rekor Indonesia. sebagai Pemrakarsa dan Penyelenggaraan Pembagian Kopi Terbanyak di Kereta Api dan Stasiun. Terima kasih PT KAI, semoga tetap mendukung kopi lokal berjaya. █

Foto-foto kami para blogger bisa dilihat di instagram dengan tagar #NgopiBarengKAI2019. Pengalaman kami bisa dilihat di:

Atemalem - Harum Kopi & Hangat di Hati
Olipe Oile - Serunya Ngopi Bareng KAI #3 Bikin Nagih
Itik kecil - Ngopi Bareng KAI 2019 di LRT Bumi Sriwijaya
Timothy WP - Ngopi Bareng KAI 2019

Budiono
https://youtu.be/Z91e1MN1274
https://youtu.be/GE5yTP6gLwg
NgiderNgiler
https://youtu.be/FhteLA9Wzc8
https://youtu.be/UWrhcu9CEWE
Prima Hapsari
https://youtu.be/j9CuAz5cfWc
Suzannita
https://youtu.be/734Gy6Jo6LY


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.