Home >>Blog >Tempat Inap

Terry Endropoetro's avatar

Satu Malam di Hotel 88 Kopo, Bandung

Untuk mencari tempat istirahat juga tak bisa sembarangan. Ini yang terjadi ketika saya perlu beristirahat saat melintas di tol Cipularang, dari Jakarta menuju Pangandaran. Lelah dan perlu tempat menginap, tapi apa harus masuk ke dalam kota dan menuju Bandung Utara?

Hujan deras turun ketika mobil yang Fahri Dana Praja kendarai bersama saya, sedang melaju di kilometer 130-an jalan tol Cipularang. Walau hari masih sore, namun hujan deras yang mendadak turun menghalangi penglihatan berkendara. Kami memutuskan untuk beristirahat di Bandung.

Dari pencarian di ponsel, saya menemukan hotel terdekat dari tempat kami berada. Hotel 88 bisa dicapai kurang dari 15 menit setelah keluar dari gerbang tol Kopo. Hotel yang kami tuju cukup mudah ditemukan, posisinya berada di kanan jalan. Petunjuk hotel dipajang di pinggir jalan dan terpampang pula di bagian atas gedung. Petunjuk lainnya adalah lokasi hotel persis bersebelahan dengan Rumah Sakit Santosa Kopo.

Lobby lounge hotel dikelilingi dinding kaca. Lampu-lampu gantung menghiasi langit-langit. Beberapa sofa panjang berwarna oranye langsung menarik perhatian. “Aku nanti mau difoto di situ ya,” bisik saya pada Fahri.

Hotel 88 difasilitasi dengan 2 buah lift untuk mengantarkan para tamu naik-turun 8 lantai. Serta tangga darurat di sebelahnya bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Di langit-langit sepanjang lorong menuju kamar juga terlihat pendeteksi asap serta beberapa kamera CCTV.

Ruang yang minimalis langsung tampak ketika saya membuka pintu kamar, dengan sebuah double bed dilapisi seprai dan selimut putih bersih. Saya bongkar tas dan mengeluarkan selembar kain, untuk bekal tidur saya nanti. Nakas dan lampu ada di kedua sisi tempat tidur. Pada dindingnya ada tombol pengatur serta stop kontak. Sebuah meja tulis dan kursi berada dekat jendela. Televisi dengan layar LCD terpasang di dinding.

Beberapa gantungan baju disangkutkan pada tiang besi di belakang pintu, tersedia juga kotak penyimpanan (safety deposit box). Dua pasang sandal kamar yang saya cari pun sudah tersedia.

Kamar mandinya tidak besar, selembar lapisan kaca membatasi ruang toilet dengan shower. Shower dilengkapi dengan air dingin dan panas. Sudah tersedia pula shampoo, sabun cair, sikat gigi, dan handuk.

Kamar saya berada di lantai 5. Ketika melongok ke jendela, saya baru menyesal tak meminta kamar di sisi utara. Padahal saya membayangkan bakal bisa melihat lampu-lampu kota Bandung malam nanti. Saya mendapatkan kamar yang menghadap selatan, sedikit terhalang bangunan rumah sakit. Tapi lumayanlah ketika hujan mereda saya dapat melihat dataran tinggi Ciwidey.

Sore itu, mendadak listrik hotel padam. Hal ini cukup sering dialami masyarakat Bandung. Dan tampaknya Hotel88 sudah mengantisipasi hal itu. Belum sempat saya menelepon resepsionis hotel, lampu di kamar sudah kembali menyala. Tapi saya tetap harus menelepon, karena pedingin ruangan di kamar tak kembali bekerja.

Tak sampai lima menit, seorang teknisi dikirim ke kamar. Ternyata listrik padam, membuat magnet kartu yang disematkan di dekat pintu terganggu. Beruntung jendela kamar bisa terbuka sehingga udara segar bisa mengalir, saya berdiri saja di dekat jendela sambil menunggu teknisi kembali.

Walau sinyal wifi di kamar kencang, tapi niatan untuk foto-foto di lobby lounge lebih bikin semangat. Saat meminta izin pada petugas resepsionis, saya melihat ada hiasan dinding terbuat dari perak. Bentuk gelombang. Setelah didekati ternyata gelombang itu terdiri dari sekelompok gajah. Sayangnya Saya tak mendapat informasi siapa perupa pembuatnya.

Sebagai hotel bintang dua, Hotel 88 menyediakan beragam makanan yang bisa dipesan dan diantar ke kamar, seperti Sop Iga Kedondong, Grilled Chicken Steak, Chicken Cordon Blue, Chicken Wings, dan beberapa pilihan lain seperti nasi atau mi goreng.

Tapi bila ingin menikmati kuliner kaki lima, Anda juga tak akan kesulitan. Di depan hotel banyak kedai-kedai makanan yang menyediakan menu makanan Sunda, sampai jajanan kaki lima seperti seblak, bakso, dan batagor. Jadi tak perlu khawatir kelaparan. Sampai tengah malam pun mereka masih berjualan. Saya pun bisa tidur dengan perut kenyang.

Sarapan sudah tersedia di restoran pada jam 06.00. Pilihannya cukup beragam. Ada roti, nasi dengan lauk-pauk, juga makanan lokal nusantara. Saya memutuskan mengambil sepiring kecil gado-gado sayur dan lontong. Walau bumbu kacangnya sedikit encer, sedikit cita rasa pedasnya membuat saya ingin nambah. Selain gado-gado, saya juga mencicipi bubur ayam, dan minta dibuatkan telur dadar ekstra daun bawang. Karena tak ada buah yang tersaji, semangkuk kolak labu kuning pun menjadi hidangan penutup pagi.

Perut sudah terisi, badan sudah segar kembali, saya dan Fahri pun siap melanjutkan perjalanan lagi. █

HOTEL88 BANDUNG
Jl. Raya Kopo Cirangrang No.459, Cirangrang, Babakan Ciparay, Bandung 40227
Telepon: 022 5441 0688


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.