Home >>Blog >Jalan-jalan

Terry Endropoetro's avatar

Surga Padi di Flores

Setelah melewati jalanan pegunungan yang berliku, jalanan beraspal mulus itu membawa mobil meluncur turun membelah dataran yang merupakan areal persawahan. Disambut padi yang menguning menyebar sejauh mata memandang.

Inilah Lembor. Daerah di wilayah kabupaten Manggarai Timur ini terkenal sebagai lumbung pangan pemasok beras di seluruh daratan Flores. Masih tampak para petani menyemai padi di tengah sawah, sebagian lagi berkumpul dekat tumpukan padi yang sedang dikeringkan, beramai-ramai merontokkan padi dengan alat sederhana yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Tumpukan padi menggunung di sana-sini, sebagian lagi dijemur di atas terpal di pinggir jalan.

Beras dan gabah dimasukkan ke dalam karung-karung terpisah. Ditumpuk rapi di pinggir jalan, menunggu truk yang akan mengangkutnya ke kota. Inilah pemandangan saat kami —saya, Danny Ramadhan, dan Kande Dayinta Andharu melintas jalan raya wilayah Lembor, Kabupaten Manggarai Timur, Flores. Lahan persawahan rakyat yang sangat luas, ujungnya ada di batas langit dan kaki perbukitan yang mengelilingi. Tak heran kalau daerah ini menjadi pemasok beras di seluruh daratan Flores.

Sekitar satu jam meninggalkan Lembor, mobil yang kami naiki berbelok ke halaman sebuah rumah di kecamatan Cancar. Oom Blasius menyambut dengan senyuman dan rentangan tangan terbuka. Mengajak kami berjalan kaki melewati kebun di belakang rumahnya, menapaki jalur tanah yang menanjak menuju bukit kecil. Oom Blasius yang sudah tidak lagi muda dengan gagah mendaki tebing terjal berbatu, sementara kami yang sudah berpeluh dari tadi sibuk menjaga keseimbangan agar tak menggelundung jatuh.

Dari puncak bukit tampak perkampungan berkelompok di kejauhan, berlatar belakang pegunungan. Hamparan sawah hijau membentang, yang kalau diperhatikan baik-baik, bentuknya mirip sarang laba-laba. Bentuk ini disebut lingko lodok yaitu tradisi pembagian tanah adat suatu kampung (beo) yang berpusat pada satu titik di tengah. Diatur oleh tetua adat (tu'a teno), besar-kecilnya petak sawah pun tak sama, tergantung kedudukan sosial dan jumlah anggota keluarga.

Di kejauhan tampak ada 8 buah lingko lodok. Yang artinya ada 8 kampung di sekitarnya. Di setiap kampung ada satu mbaru niang sebagai tempat berkumpul para tetua adat. Perhatian pun beralih mencari 'mbaru niang' di kejauhan, rumah adat yang atapnya berbentuk kerucut. Ternyata lingko lodok yang berbentuk bulat melebar seperti jaring laba-laba, mengikuti pengaturan mbaru niang.

Pemandangan hijau dan tenteram menatap persawahan langsung berubah 180 derajat saat saya berbalik arah. Di sisi lain tampak kota kecamatan yang lebih modern, dipenuhi rumah-rumah, jalan beraspal, tiang listrik, dan menara BTS terpancang menjulang.

Kembali ke rumah oom Blasius, kopi panas sudah menunggu di meja bambu segi delapan yang bentuknya persis miniatur lingko lodok. Walaupun udara terik, duduk mengobrol di bawah rindangnya pohon tak mengurangi nikmatnya menghirup aroma dan meneguk kopi panas. Kopi lokal dari Bajawa, dan ke sanalah tujuan kami selanjutnya. █

Catatan:
▪ Lembor bisa dicapai dalam waktu 2 jam dari Labuanbajo.
▪ Menggunakan pengemudi setempat adalah saran yang tepat saat menyewa mobil di Flores. Karena jalur dan tipikal jalannya berliku, menanjak, dan menurun curam dengan kelokan tajam.
▪ Menggunakan kendaraan umum dari Labuanbajo. Perhatikan waktu keberangkatan.


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.