Home >>Blog >Jalan-jalan

Terry Endropoetro's avatar

5 Harapan untuk Adaptasi Baru Transportasi

Karena pandemik, semuanya jadi susah. Semua orang, semua bidang mengalami hal yang sama. Aktifitas dibatasi, termasuk transportasi. Walaupun sekarang keadaan sedikit lebih longgar tapi harus tetap waspada selama new normal.

Sudah sejak pertengahan Maret 2020, saya yang senang keluyuran harus menahan diri untuk tidak pergi-pergi. Kalaupun keluar rumah hanya untuk hal-hal penting, itu pun saya lakukan di pagi hari.

Ternyata barulah saya sadar, bahwa selama hidup di Jakarta, saya sangat bergantung pada transportasi umum. Baik bus TransJakarta, commuterline, juga MRT. Walaupun ketiganya masih beroperasi tapi dibatasi jumlahnya, dibatasi jamnya, bahkan dibatasi juga jumlah penumpangnya.

Itu pun saya kesulitan, karena tidak ada transportasi lain untuk mencapai halte bus maupun stasiun kereta, kecuali naik taksi.

Awal Juni lalu, keadaan sudah sedikit berubah. Karena banyak orang tetap harus bekerja untuk menyambung hidup mereka. Roda perekonomian juga harus berputar.

Maskapai penerbangan sudah kembali melayani penerbangan dalam negeri, sedangkan kereta api hanya beberapa saja yang beropersi. Tapi kalau ditanya kapan mau melancong dalam waktu dekat? Wah, saya tak berani berharap. Sehat sampai saat ini saja sudah bersyukur luar biasa.

Tapi bukan diam saja ya. Menghadapi new normal harapan tetap harus ada. Makanya, karena melihat transportasi publik selama pandemi, siapa tahu ini titik balik untuk 'mendadani' transportasi yang bisa jadi masukan Kementerian Perhubungan RI.

Walau bukan harapan luar biasa tapi tidaknada salahnya memulai dari hal sederhana, bagaimana kita beradaptasi dengan kebiasaan baru.

1. ORANG TERTIB ANTRE

"Diberitahukan untuk para penumpang pesawat XX123, dipersilakan memasuki Gate 9."

Ketika suara pengumuman itu bergaung, semua calon penumpang langsung bergerombol dekat meja pemeriksaan. Semua mengulurkan lembar tiket di tangan.

Sebagian besar besar penumpang beranggapan, kalau masuk belakangan bisa-bisa tak kebagian ruang untuk meletakkan bawaannya di cabin persis di atas tempat duduknya.

Padahal kalaupun tak kebagian tempat, ada pramugari atau pramugara yang bisa dimintai pertolongan. Kalau akhirnya ditempatkan jauh dari tempat duduk, toh masih di pesawat yang sama.

Itu baru urusan naik pesawat. Belum lagi saat pesawat mendarat. Baru saja pesawat berhenti, sebagian penumpang langsung berdiri. Padahal memerlukan waktu untuk menyambungkan garbarata atau tangga, baru pintu terbuka. Sebenarnya tak ada salahnya sabar sedikit menunggu, toh pesawat ini berhenti sampai semua penumpang turun.

Tak hanya di pesawat, ini juga sering saya alami di beberapa halte bus di Jakarta. Jangan tanya riuhnya desakan penumpang saat hendak naik kapal di pelabuhan. Hanya di stasiun kereta api saja yang saat ini antrean masuk ke dalam peron terasa lebih nyaman.

Kadang muncul pertanyaan, apa harus dengan pandemi lalu kita baru sadar untuk antre. Menjaga jarak dari orang di depan kita?

Mungkin untuk adaptasi kebiasan baru harus diterapkan jalur khusus antrean dengan lebar yang lebih sempit agar orang paham kalau yang namanya antre itu berjajar satu-satu ke belakang dengan jarak tertentu.

Tak usah berharap terlalu banyak pada kesadaran calon penumpang, kadang ada peraturan yang memang harus diterapkan lebih tegas.

2. SARANA & FASILITAS TRANSPORTASI YANG BERSIH

Selama masa karantina berlaku, sarana dan fasilitas menjadi bersih sekali. Mungkin saking minimnya orang yang menggunakan transportasi umum.

Tapi ada bagusnya ini dijadikan standart kebersihan, tidak peduli sebanyak apa pun calon penumpang nantinya. Dan tampaknya fasilitas toilet yang bersih lengkap dengan washtafel denga keran otomatis dan sabun pencuci tangan harus tersedia. Lengkap dengan hand sanitizer.

3. BERSAHABAT DENGAN TEKNOLOGI

Sekarang sudah di era digital. Semua pemesanan tiket serba online. Ini sangat memudahkan para calon penumpang. Tidak rugi waktu dan tenaga. Tak hanya soal pembelian tiket, tapi juga pembatalan tiket. Semuanya bisa dilakukan di rumah, bahkan sambil rebahan.

Hal ini harus diiringi dengan sistem teknologi yang baik dari pihak transportasi apa pun. Sehingga tidak menyulitkan calon penumpang saat hendak melakukan pemesanan atau pembatalan tiket.

Ini berhubungan dengan maskapai penerbangan, kereta api, maupun kapal laut, dan bus. Dengan pembelian tiket online, semua transaksi tidak dalam bentuk uang tunai. Tidak ada kontak fisik antara calon penumpang dan petugas loket.

4. MODA TRANSPORTASI TERINTEGRASI

Ini harapan dari dulu, walaupun sudah beberapa yang terealisasi. Saya dari rumah naik bus, lalu naik kereta bandara, naik pesawat ke kota tujuan. Tapi alangkah baiknya kalau hal ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia. Turun dari pesawat dilanjutkan naik bus ke stasiun kereta lalu berkereta sampai ke kota tujuan, beberapa hari kemudian naik bis menuju pelabuhan untuk melanjutkan naik kapal menyeberangi pulau. Membantu konsumen tidak perlu terlalu banyak kontak fisik dengan banyak orang.

5. PELAYANAN KONSUMEN

Banyak transportasi publik yang hanya menyediakan fasilitas. Kadang lupa bahwa pelayanan konsumen juga sangat penting. Bagaimana menanggapi pertanyaan konsumen berkaitan covid 19 dan kebijaksanaan transportasi.

Bagaimana menampung semua masukan dari konsumen. Bila ada masukan penting atau suatu usulan, lalu ditanggapi, pasti akan mendapat kepercayaan lebih dari konsumen.

Saya optimis kok, transportasi Indonesia bisa makin lebih baik lagi. Yang dibutuhkan adalah konsistensi dan kerja sama. Artinya, saya, kamu, kita semua harus juga berpartisipasi dengan kesadaran penuh untuk disiplin memgikuti protokoler kesehatan. Semuanya demi kebaikan bersama. Semua sehat dan aman sampai tujuan. █


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.