Home >>Blog >Jalan-jalan

Terry Endropoetro's avatar

Surga Tembakau di Jember

Antusias! Saat diajak berkunjung ke perkebunan tembakau. Dalam bayangan, saya akan melihat tanaman tembakau di mana-mana. Ternyata tidak. Yang saya lihat adalah ladang jagung yang sudah kelar dipanen. Lalu mana tembakaunya?

Dalam perjalanan naik kereta api siang hari jurusan Surabaya ke Banyuwangi, saya sudah melihat banyak bangunan besar yang terbuat dari gedheg. Itulah gudang-gudang tembakau. Bukan hanya satu-dua tapi belasan bahkan puluhan. Gudang-gudang itu akan dipenuhi jutaan helai daun tembakau pada pertengahan tahun, saat tanaman tembakau panen di mana-mana.

Ini jugalah tujuan saya berkunjung ke Jember pada awal September lalu, untuk melihat salah satu kebun tembakau di di Desa Ajung, Kecamatan Jenggawa, milik BIN (Boss Image Nusantara), perusahaan cerutu di Jember.

KEBUN TERTUTUP
Menuju lahan perkebunan, kendaraan harus melalui jalanan kecil yang lama-lama lapisan aspalnya hilang, berganti dengan jalan tanah yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat.

Saya kira akan melihat tanaman tembakau luas berhektar-hektar seperti kalau sedang berada di perkebunan teh. Ternyata tidak. Yang saya lihat malah kebun jagung dan kebun sayur.

Karena berbeda dengan perkebunan tembakau milik rakyat, perkebunan tembakau milik BIN ini sangat tertutup. Tertutup dalam artian kebun tembakau di lahan seluas 4,5 hektar diselubungi paranet (jaring). Hal ini untuk menjaga kelembapan tanaman tembakau dari paparan serta melindunginya dari paparan matahari dan hujan yang berlebihan.

Jenis tembakau yang ditanam di sini adalah tembakau Na-Oogst. Daun dari jenis tembakau ini digunakan khusus untuk membungkus cerutu. Setiap helai daun mempunyai standart kelembaban, warna dan daya elastisitas tertentu. Kadar air dan salinitas pun harus dijaga karena mempengaruhi daya bakar dan rasa.

DARI BAWAH KE ATAS
Bunga tembakau ukurannya kecil-kecil, berwara.merah jambu muda. Ia tumbuh di pucuk tanaman tembakau. Dari dalam calon bunga, terdapat biji yang ukurannya kecil-kecil dan halus seperti serbuk sari. Itulah bibit tembakau.

Bibit tembakau biasanya akan tumbuh dengan baik di tanah bekas lahan persawahan. Selain tanahnya gembur karena berlumpur, air persawahan juga mematikan hama pada tembakau. Itulah mengapa kebun tembakau selalu berpindah setiap tahunnya.

Tanaman tembakau tumbuh 5-7 cm setiap hari. Sehingga dalam beberapa bulan sejak ditanam hingga panen, tanaman tembakau bisa mencapai tinggi sekitar 4 meter. Kalau setinggi itu bagaimana cara panennya?

Ternyata memanen daun tembakau itu dari bagian bawah batang pohon. Cara memetiknya pun harus hari-hati. Ujung batang dipegang, putar ke kanan, putar ke kiri, dan kres! Lembar daun yang lebar itu pun ada di tangan.

PEREMPUAN TANGGUH
Gudang-gudang tembakau berukuran sangat besar. Lebarnya sekitar 20 meter, memanjang 40 - 50 meter bahkan lebih, bagian atasnya yang lancip mencapai tinggi tinggi 10 - 15 meter. Gudang-gudang ini dibangun berjajar. Ditopang batang bambu yang saling menyilang dan diikat kuat dengan tali ijuk. Dindingnya dari gedheg (anyaman bambu) yang memungkinkan udara masuk dari sela-sela.

Kalau di kebun tadi saya melihat beberapa perempuan pekerja. Di dalam gudang hampir semua pekerjanya perempuan. Mereka adalah buruh musiman yang bekerja saat panen tembakau.

Di sebuah meja panjang, daun tembakau disusun bertumpuk. Para pekerja mulai 'menjahit' daun tembakau. Ditusuk dengan jarum dan tali rami, menjadi rangkaian sepanjang kurang lebih 2 meter.

Setiap 5 rangkaian, ujung-ujung tali diikat ke bilah bambu. Lalu Atraksi yang paling bikin mulut ternganga adalah. Daun-daun tembakau itu 'dikerek', diangkat naik ke atas oleh dua lelaki yang sudah nangkring di atas. Mereka bertugas mengaitkan bilah bambu pada batang bambu dan rangkaian daun pun disusun terentang di atas.

Susunannya berbaris rapih, berlapis-lapis memenuhi langit-langit gudang dari atas ke bawah hingga sedikit lebih tinggi di atas kepala. Dalam setiap 'petak' ada daftar menandai kapan tembakau mulai digantung dan dibiarkan mengering. Bila satu gudang sudah penuh, pengerjaan pengeringan daun tembakau akan dimulai lagi di gudang yang baru. Begitu terus.

Di gudang lainnya, akan tercium aroma harum tembakau. Itu berarti daun-daun tembakau susah mulai kering. Daun-daun tembakau yang semula hijau berubah warna menjadi cokelat.

Daun-daun yang sudah kering dalam waktu tertentu kemudian diturunkan. Dilepaskan satu persatu dari rangkaian tali. Tangan-tangan para perempuan ini bekerja cepat, cekatan, tanpa merusak atau merobek helaian daun yang sudah kering.

Ditumpuk dalam sebuah keranjang yang sudah dilapisi plastik. Setelah penuh ditutup dengan karung goni. Daun tembakau pun sudah siap dibawa ke pabrik.

Takjub melihat proses tradisional yang sudah berjalan puluhan tahun, bahkan mungkin sudah lebih dari seratus tahun. Tak tergantikan oleh mesin dan tak akan tergantikan. █

------------------------------------------

Perjalanan #JemberSuegger2018 bersama blogger dan vlogger ini terlaksana pada awal September atas undangan dari Taman Sukorambi Jember.


Comments (5)

Topic:
Sort
0/5 (0)
Facebookdel.icio.usStumbleUponDiggGoogle+Twitter
Gravatar
Cuma Teman says...
Masih belom move on kalo inget proses dari tembakau sampai menjadi cerutuu.
Sumpeeh, kerren abis..
Gravatar
Yuniari Nukti says...
Proses tembakau jadi cerutu ternyata rumit ya, Mbak. Bayangan saya tembakau itu dirajang seperti buat isian rokok. Ternyata kalau buat cerutu dijereng-jereng
Gravatar
kakdidik13 says...
Jember layak menyandang gelar Surga Tembakau. Seru juga ya bisa mengunjungi Surga Tembakau
Gravatar
Budiono says...
benar-benar pengalaman mengesankan ya kak, seru, bisa berkunjung ke surga tembakau di Jember

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.