Home >>Blog >Segala Rupa

Terry Endropoetro's avatar

6 Kilang Minyak untuk Seluruh Negeri

Kalau sehari-hari masih berkendara dengan bus, naik ojek motor ke mana-mana, gemar naik kereta api, dan sesekali bepergian menggunakan pesawat terbang. Sadarkah bahwa itu menunjukkan betapa kita masih sangat bergantung pada bahan bakar minyak?

Menurut BP Statistical Review of World Energy 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-24 produsen minyak terbesar dunia, dengan produksi 850 ‐900 ribu barel per hari. Tapi... Indonesia  juga sebagai negara pengimpor. Hal ini terjadi karena kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia sendiri saat ini sebesar 1,6 juta barel per hari. Dua kali lipat dari kemampuan produksinya. Dan diperkirakan, pada 2025 kebutuhan bahan bakar minyak Indonesia akan sebesar 2,2 juta barel per hari. Ngeri, kan?

Dari tahun ke tahun rasio ketergantungan negara akan impor minyak mentah sebesar 33% ‐ 44% dan kemungkinan besar akan terus meningkat. Sekarang saja kebutuhan impor minyak mentah sudah menyita sebagian besar devisa negara, yang sebenarnya bisa digunakan untuk meningkatkan sektor pangan, pendidikan, dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

MEMBANGUN KILANG MINYAK
Sejalan dengan program Nawacitra Presiden Joko Widodo, tentang pengembangan dan pembangunan kilang dalam negeri, Pertamina mengembangkan kapasitas produksi dari 4 kilang minyak yang sudah ada yaitu Balikpapan (Kalimantan Timur), Balongan (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Dumai (Riau). Serta pembangunan 2 kilang minyak baru di Bontang (Kalimantan TIimur) dan Tuban (Jawa Timur).

Tujuannya satu, untuk swasembada bahan bakar minyak. Sehingga nantinya negara kita ini bisa menghasilkan serta memenuhi seluruh kebutuhan bahan bakar minyak dan tak lagi bergantung pada negara lain untuk impor minyak mentah. Dengan begitu diharapkan devisa negara bisa 'dibagi rata' sehingga aktivitas di segala sektor pembangunan akan berjalan lancar.

Pada pengembangan kilang-kilang minyak ini ditargetkan pada 2025 nanti, selain kapasitas produksi, kualitas produksi bahan bakar minyak yang dihasilkan pun meningkat. Bahkan kalau produksi berlebih, Indonesia bisa menjadi pengekspor bahan bakar minyak dan produk non-bahan bakar minyak ke negara-negara yang membutuhkannya.

KOTA KECIL BERNAMA CILACAP
Kegiatan perminyakan di Indonesia dimulai sejak sumur minyak pertama ditemukan Belanda di daerah Cirebon pada 1871. Disusul produksi pertama pada 1883 dari sumur minyak Telaga Said di Sumatera Utara, lalu berdirinya Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada 1885. Setelah kemerdekaan tentunya perusahaan minyak dikuasai negara. Pada 1957 berdiri PERMINA (PT Perusahaan Minyak Nasional) yang kemudian menjadi PERTAMINA pada 1968.

Saya sendiri dibesarkan di 'lingkungan minyak'. Pada awal 1970-an, saat saya waktu masih kecil, kami sekeluarga pindah dari Sungai Gerong (wilayah pengolahan minyak di Palembang) ke Cilacap.

Saat dimulainya proyek pembangunan kilang minyak di Cilacap, suasana kota kecil di pesisir selatan Jawa ini sangat sepi. Keramaian hanya berpusat di seputaran alun-alun dan pasar. Itu pun hanya ramai di akhir pekan. Sepanjang siang toko-toko akan tutup dan kembali buka pada sore hari. Sebelum jam 21.00 pun toko-toko sudah tutup kembali.

Pembangunan kilang yang memakan waktu beberapa tahun ternyata membawa kehidupan baru di Cilacap, karena lapangan pekerjaan terbuka lebar. Tak hanya masyarakat lokal, banyak juga orang luar daerah yang datang dan menetap. Taraf hidup membaik, karena perputaran roda ekonomi lambat laun berputar semakin kencang. Kota kecil yang dulu sepi pun berubah dan pesat berkembang.

Jalan-jalan mulai dilebarkan, diberi penerangan di malam hari. Pasar dan pertokoan buka dari pagi hingga malam. Kota kecil ini menjadi hidup, keramaian merata sampai ke pinggir kota. Dulu bangunan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas jumlahnya bisa dihitung dengan jari, kini sudah belasan jumlahnya. Baik sekolah negeri maupun swasta dengan berbagai fasilitas sebagai penunjang pendidikan warga di sana.

Kalau sejak kecil saya sudah terbiasa mendengar tentang Balikpapan, Bontang, Dumai, dan Balongan sebagai wilayah minyak. Nah, baru kali ini saya mendengar kota Tuban disebut-sebut menjadi lokasi pembangunan kilang minyak.

Sama seperti Cilacap yang dipilih karena lokasinya yang strategis. Saya yakin, pembangunan kilang minyak di Tuban akan membawa perubahan dalam beberapa tahun mendatang. Kelak, kota di pesisir utara Jawa ini tak hanya akan dikenal sebagai kota wali dan santri, tapi juga menjadi salah satu kota yang berjasa menyediakan pasokan bahan bakar minyak untuk seluruh negeri. Yuk, kita lihat aaja nanti. █


Comments (8)

Topic:
Sort
0/5 (0)
Facebookdel.icio.usStumbleUponDiggGoogle+Twitter
Gravatar
Rry Rivano says...
Aamiin semoga semua berjalan sesuai rencana hingga 2023 nanti.
Gravatar
Terry Endropoetro says...
Amiiiin. Demi kesjahteraan bangsa dan negara
Gravatar
Terry Endropoetro says...
Amiiiin. Biar pembangunan lainnya merata.
Gravatar
Sofyan Ardianto says...
Semoga...
Tuban tempat mainku dulu, Mbak.. Pas jaman kuliah pernah PKL di pabrik Semen Gresik (sekarang Semen Indonesia). Semoga Tuban makin dikenal nantinya :)
Gravatar
Terry Endropoetro says...
Aku pikir Tuban itu cuma kota lintasan aja lho. Ternyata malah mau dibikin kilang besar. Semiga lancarlah rencananya
Gravatar
Wety Artika says...
Mandiri energi kayaknya bisa terealisasi karena kilang-kilang pengembangan akan bertambah sampai 2 kali lipat produksi sebelumnya.Semoga ga ada halangan ke depannya.
Gravatar
Terry Endropoetro says...
Amiiiin. Kalo demi kebaikan negeri ini ke depannya pokoknya kita dukung ya

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.