Home >>Blog >Icip-icip Kuliner

Terry Endropoetro's avatar

Sarapan di Kawasan Kuliner Wakeke

Jalan Wakeke yang berada di pusat kota Manado, sengaja dijadikan kawasan wisata kuliner. Belasan rumah makan menyediakan menu yang hampir sama, tinutuan.

Hari Minggu pagi merupakan hari ibadah bagi sebagian besar masyarakat di kota Manado. Sebagian besar rumah makan di kawasan kuliner tersebut tutup. Sementara rumah makan yang saya, Arie Parikesit, dan Rainer Oktovianus datangi hanya akan buka sampai tengah hari. Masih cukup waktu untuk mencicipi beberapa jenis makanan yang kami pesan.

Di sinilah kami mencicipi tinutuan yang juga dikenal dengan sebutan bubur Manado. Butiran jagungnya bercampur dengan taburan bawang goreng, irisan sayur bayam, kangkung, daun gedi, dan kemangi. Suwiran daging cakalang fufu (ikan cakalang yang sudah dibakar) tenggelam dalam kuah bubur yang agak kental, warna dari campuran buah labu kuning sangat mengundang selera.

Kami juga memesan dua jenis masakan mi cakalang, rebus dan goreng. Mi rebus cakalang disajikan dalam mangkuk. Mi kuning, sayur sawi, dan suwiran daging cakalang fufu terendam dalam kuah kaldu yang aromanya sangat harum. Cincangan kasar bawang putihnya mengambang di pinggiran mangkuk. Sementara mi goeng cakalang disajikan 'menumpuk' di atas piring. Warnanya kuning mengilat, namun saat disantap cita rasanya nikmat tak terlalu berminyak. Tekstur suwiran daging cakalang fufu-nya pun lebih terasa.

Sebagai makanan pendamping, ada ikan tude bakar, perkedel milu (jagung dalam bahasa setempat), dan perkedel nike yang berwarna cokelat kehitaman. Ikan nike adalah jenis ikan yang ukurannya lebih kecil dari seruas jari dan hanya didapat saat 'bulan mata'.

Karena cita rasa pedas jadi kekhasan kuliner Sulawesi Utara. Jadi tak heran ada 3 jenis sambal yang ikut disajikan di atas meja. Rica roa, dabu-dabu tumbu, dan bekasang. Sambal roa berwarna merah kehitaman, daging ikan roa yang sudah diasap dijadikan campuran rica dan bumbu-bumbu lainnya. Dabu-dabu tumbu merupakan campuran rica, bawang merah, dan tomat yang hancur kasar karena ditumbuk. Sedangkan bekasang sendiri merupakan fermentasi telur ikan atau ikan-ikan kecil. Bekasang yang dicampur rica memiliki aroma tajam yang khas.

Es brenebon, menjadi 'pendingin' lidah setelah menyantap semua makanan. Bahan utamanya adalah kacang merah yang direndam selama beberapa jam agar mengembang, lalu direbus bersama kayu manis dan daun pandan hingga kacang menjadi lunak. Kacang yang sudah lunak dimasak bersama rebusan gula merah dan pasir pasir hingga mengental. Disajikan dalam mangkuk dengan tumpukan es serut dan dilumuri susu kental manis. Durian dan avocado pun disertakan dalam campuran es sebagai variasi rasa. Hmmm... enak!

RM Dego-Dego Jl. Wakeke No. 11, Manado Jam buka: Senin-Sabtu: 07.00 ‐ 20.00, Minggu: 07.00 ‐ 12.00

──────────────────

Perjalanan bersama Arie Parikesit (Kelana Rasa) dan Rainer Oktovianus ini merupakan bagian dari Ekspedisi Warisan Kuliner yang disponsori Kecap Bango.


Comments

No comments yet.

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.